Kamis, 08 Oktober 2009

Makanan, minuman dan pakaian


Islam untuk kedamaian dan kemashlatan umat manusia mengatur seluruh aspek kehidupan. Kebutuhan-kebutuhan manusia akan makanan, minuman dan pakaian pun diatur dengan sempurna oleh Islam. Pengharaman akan sesuatu hanyalah Allah yang menetapkannya. Untuk kebaikan manusia beberapa makanan ada yang dilarang oleh Allah untuk dikonsumsi. “ Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (An Nahl: 115)”.

2. Adab Berpakaian, makan dan minum

Islam memandang pakaian bukan hanya sebagai aksesoris (pemantas) saja tetapi juga Islam memandang pakaian sebagai alat beribadah kepada Allah. Dua fungsi inilah yang harus dipahami dan dimengerti bagi seorang muslim. Nilai ibadah sebagai ketaatan dan ketundukkan kepada aturan Allah harus menjadi prioritas. “Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang (Al Ahzab: 59)”.

Merugikan orang lain merupakan sesuatu yang wajib dijauhi bagi seorang muslim dalam segala kegiatannya. Begitu juga dalam kegiaatan bermuamalah dengan melakukan kegiatan riba. Islam tidak melarang dalam bermuamalah mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya selagi tidak merugikan orang lain. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan (Ali Imran: 130) ”.


Kekayaan bagi seorang muslim harus dijadikan media baginya untuk selalu berbuat kebaikan dan memberikan manfaat bagi orang lain. Kekayaan bukan dijadikan alat untuk bermegah-megahan dan kesombongan. “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar. Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta`atlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun (At Taghabuun: 15) ”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar