Kamis, 08 Oktober 2009

Akhlak yang buruk


Perilaku bagi seorang muslim merupakan salah satu barometer keimanan. Perilaku (Akhlak) yang baik atau tidak baik standarisasinya adalah Al Qur’an. Kebebasan melakukan ritual sesuatu yang dijamin oleh Allah swt dengan kata lain mengahalangi orang untuk beribadah (hak individu seseorang) merupakan perilaku yang dicela oleh Al Qur’an “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat (Al Baqarah 114) ”.

Pemikiran dasar bagi Al Qur’an bahwa semua yang dimiliki oleh seseorang adalah milik Allah. Manusia hanya mempunyai hak guna pakai. Hak ini harus berubah menjadi kewajiban untuk mengoptimalkan kemanfaatan buat orang yang membutuhkannya. Hingga Al Qur’an mencela sifat bakhil. Kekayaan tidak memberikan manfaat bagi orang lain. Kekayaan hanya dimiliki untuk diri sendiri. “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (Ali Imran: 180) ”

Bagi seorang muslim menjaga keharmonisan hubungan antar sesama adalah hal yang dianjurkan oleh Allah swt. Segala hal yang akan merusakkan hubungan tersebut Allah sangat tidak menyukainya. Melontarkan ucapan yang buruk, mempunyai prasangka dan mengejek dengan panggilan yang tidak baik adalah salah satu contoh yang tidak disukai Allah SWT. “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim (Al Hujurat: 11)”.

Melakukan perlawanan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan melakukan makar dan membuat rekayasa adalah akhlak yang sangat buruk. Keburukan ini akan dirsakan baik di dunia maupun diakhirat kelak “Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mengadakan makar, maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka dari fondasinya, lalu atap (rumah itu) jatuh menimpa mereka dari atas, dan datanglah azab itu kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari (An Nahl: 26)”

Ragu-ragu dalam keimanan, tidak meyakini bahwa Allah adalah tempat manusia berpegangan (Ash Shamad) merupakan salah satu akhlak yang akan berdampak di dalam kepribadiannya. Menjadi mnusia yang gamang di dalam kehidupan, mudah mengalami depresi karena tidak mempunyai tempat mengadu menghadapi persoalan hidup “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata (Al Hajj: 11)”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar