Kamis, 08 Oktober 2009

Sejarah Nabi Muhammad saw di Madinah

Fase Madinah adalah Fase perjuangan ganda. Menegakkan syariat yang baru (Islam) dan menegakkan komunitas muslim. Perjuangan Dakwah di Madinah mempunyai beban yang lebih berat. Bukan hanya berdakwah pada orang yang menyekutukan Allah tetapi juga berdakwah pada kelompok orang yang sebelumnya sudah mempunyai kitab suci (Taurat dan Injil). “Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui (kebenarannya). Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui?. Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya): "Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mu'min) kembali (kepada kekafiran) (Ali Imran: 70-72)”.

2. Beberapa Ketentuan bagi Orang Beriman

Ada beberapa ketentuan dari Allah SWT yang menguji keimanan orang-orang muslim dimadinah dan sebagai adab bergaul dengan Rasulullah. Ketentuan untuk menguji keimanan adalah dipindahkannya kiblat bagi orang muslim untuk kembali menghadap Ka’bah dan juga tidak boleh ada alasan apapun jika Rasul telah menetapkan sesuatu. Ketentuan sebagai adab bagi orang muslim yang bergaul dengan Rasul “”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tiada memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al Mujaadalah: 12)”.

3. Peperangan dalam Sejarah Rasul di Madinah

Revolusi dan perang dalam menegakkan sebuah faham adalah sesuatu yang tidak terelakan. Begitu juga dengan komunitas baru masyarakat Islam yang terbentuk. Perjuangan untuk menegakkan dan menyebarkan kebenaran dari Allah SWT itu mau tidak mau akan berhadapan dengan orang yang menolaknya. “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya (Al Anfaal: 30)

4. Ketentuan-ketentuan Allah terhadap isteri Nabi Muhammad saw

Keluarga dalam kehidupan siapa pun akan menjadi barometer penting kesuksesan seseorang. Demikian pula pada diri Rasul, keluarga tetap merupakan salah satu komunitas yang harus mendukung perjuangannya. Dalam pandangan inilah kemudian Allah memberi beberapa ketentuan untuk pendamping Rasulullah. “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut`ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik.Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar (Al Ahzab: 28)”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar